All hands,
Dalam operasi maritim pasca Perang Dunia Kedua, sudah sangat sulit untuk menemukan referensi pelibatan di tengah laut yang menghadapkan dua armada dalam bentuk peperangan AKPA. Mari kita tengok Perang Malvinas, yang mana dalam perang itu tidak ada kapal atas air Royal Navy yang engage dengan kapal atas air Angkatan Laut Argentina. Tidak ada kapal atas air kedua belah pihak yang lumpuh atau tenggelam karena tembakan kapal atas air lawan. Yang ada kapal atas air dilumpuhkan oleh pesawat udara (kasus HMS Sheffield) dan kapal selam (kasus ARA Belgrano).
Dari situ dapat diambil lesson learned bahwa ancaman terhadap kapal atas air masa kini berasal dari kapal selam dan pesawat udara. Itulah yang ditakuti oleh Australia saat mereka sebar kapal perang mereka ke Timor Timur September 1999, sasaran utama yang mereka cari bukan kapal atas air AL kita, tapi kapal selam kita. Artinya soal ancaman terhadap kapal atas air bukan saja pengalaman orang lain, tapi Indonesia pun pernah mempunyai pengalaman soal itu.
Berangkat dari situ, saya berpendapat bahwa dalam susunan tempur AL kita yang harus memenuhi minimum essential force, pengadaan kapal selam dan fregat peperangan udara sangat penting. Fregat peperangan udara berguna untuk melindungi konvoi dari ancaman serangan udara.
Soal itu menurut saya merupakan ancaman potensial terhadap kapal atas air kita, karena negara-negara di sekitar Indonesia mempunyai pesawat tempur dengan radius of action yang cukup jauh. Wilayah-wilayah yang rawan konflik seperti Kepulauan Riau (termasuk Laut Natuna), Laut Sulawesi, Laut Timor, ALKI II dan ALKI III praktis berada dalam jangkauan radius of action pesawat-pesawat tempur negara-negara tertentu di sekitar Indonesia. Dan dalam doktrin Angkatan Laut, pengendalian laut tak bisa tercipta tak supremasi udara. Di situlah pentingnya fregat peperangan udara bagi kita dalam melaksanakan pengendalian laut.
Menyangkut kapal selam, sekarang nasibnya masih lebih jelas dari fregat peperangan udara. Karena saat ini program pengadaan kapal selam baru tengah berjalan, meskipun belum diputuskan secara resmi kelas apa yang akan dibeli. Yang pasti pengadaan itu masuk dalam rencana pembangunan kekuatan AL kita dan secara prinsip sudah disetujui oleh pemerintah.
Dalam operasi maritim pasca Perang Dunia Kedua, sudah sangat sulit untuk menemukan referensi pelibatan di tengah laut yang menghadapkan dua armada dalam bentuk peperangan AKPA. Mari kita tengok Perang Malvinas, yang mana dalam perang itu tidak ada kapal atas air Royal Navy yang engage dengan kapal atas air Angkatan Laut Argentina. Tidak ada kapal atas air kedua belah pihak yang lumpuh atau tenggelam karena tembakan kapal atas air lawan. Yang ada kapal atas air dilumpuhkan oleh pesawat udara (kasus HMS Sheffield) dan kapal selam (kasus ARA Belgrano).
Dari situ dapat diambil lesson learned bahwa ancaman terhadap kapal atas air masa kini berasal dari kapal selam dan pesawat udara. Itulah yang ditakuti oleh Australia saat mereka sebar kapal perang mereka ke Timor Timur September 1999, sasaran utama yang mereka cari bukan kapal atas air AL kita, tapi kapal selam kita. Artinya soal ancaman terhadap kapal atas air bukan saja pengalaman orang lain, tapi Indonesia pun pernah mempunyai pengalaman soal itu.
Berangkat dari situ, saya berpendapat bahwa dalam susunan tempur AL kita yang harus memenuhi minimum essential force, pengadaan kapal selam dan fregat peperangan udara sangat penting. Fregat peperangan udara berguna untuk melindungi konvoi dari ancaman serangan udara.
Soal itu menurut saya merupakan ancaman potensial terhadap kapal atas air kita, karena negara-negara di sekitar Indonesia mempunyai pesawat tempur dengan radius of action yang cukup jauh. Wilayah-wilayah yang rawan konflik seperti Kepulauan Riau (termasuk Laut Natuna), Laut Sulawesi, Laut Timor, ALKI II dan ALKI III praktis berada dalam jangkauan radius of action pesawat-pesawat tempur negara-negara tertentu di sekitar Indonesia. Dan dalam doktrin Angkatan Laut, pengendalian laut tak bisa tercipta tak supremasi udara. Di situlah pentingnya fregat peperangan udara bagi kita dalam melaksanakan pengendalian laut.
Menyangkut kapal selam, sekarang nasibnya masih lebih jelas dari fregat peperangan udara. Karena saat ini program pengadaan kapal selam baru tengah berjalan, meskipun belum diputuskan secara resmi kelas apa yang akan dibeli. Yang pasti pengadaan itu masuk dalam rencana pembangunan kekuatan AL kita dan secara prinsip sudah disetujui oleh pemerintah.
5 komentar:
Bro Allhands
Masalahnya selama ini kemampuan air defence kita selalu mentok di shorad, baik yang di AD, AL bahkan AU ! Saya kira ini masalahnya (lagi-lagi) politis, bukan teknis. Namun secara TNI-AL sendiri sudahkah ada langkah kesana ?
Dan lagi sudahkah link
and communication system AL integrated dengan AU ? Saya belum pernah denger masalah ini, saya cuma khawatir dengan masalah koordinasi saja..
Bro superbad, maksud bung allhands bukan masalah link antar AL dg AU. Tapi pada kmampuan KRI menghadapi air warfare( khususnya dari pswt tempur), karena saat ini andalan SAM utk AL adl mistral dgn jangkauan epektif cuma 2,2mil, jgn kan utk m'cover convoi fleet, utk beladiri kpl itu sendiri saja pasti ketar-ketir. Jadi, AL memang harus meningkatkan kmampuan AAW nya.
Memang benar bang Ali, saya juga paham maksud bung Allhands, tapi namanya peperangan maritim itu kan 3 dimensi; surface, sub-surface dan aerial. Kemampuan air warfare di setiap KRI tidak berdiri sendiri dengan SAM systemnya. Mereka tetap butuh payung udara dari armada fighters, yang sementara ini masih disediakan oleh AU (entah kapan TNI-AL punya maritime fighters sendiri). Kalau sudah begini koordinasi dengan AU sangat kritikal. Kita masih lemah dalam kemampuan air warfare di aset laut (kemampuan KRI) dan di lain sisi, payung udara dari AU sudahkah terkoordinir ? Dua hal ini saling melengkapi dalam naval air warfare.
gitu bos...
Ya betul sekali, menyedihkan ya alutsista TNI kita. Paling tidak untuk striking force tidak hanya kemampuan strike-nya yang mantap, defence-nya juga mantap ... ga ngebayang dah kalo KRI kita duluan dihajar rudal tapi ga bisa nangkis ... bisa mukul tapi ga bisa nangkis ...
Semua yg dikatakan anda2 itu benar adanya.Nah yang ada didepan mata kita sekarang bukan AW frigate,tetapi KS.Nah sekarang tiggal ngandelin TNI-AU khan! Tapi di TNI-AU rencana shoppingnya adalah Super Tucano alias cuma buat COIN & bukan untuk air warfare.Bisa gak ya,kita datengin fighter lagi untk TNI-AU.Saya rasa pesawat latih lanjut yg bisa dogfight alot harus jd prioritas utama TNI-AU.Semoga...
Posting Komentar